Friday, January 15, 2016

MOSHI MOSHI JAPAN! (BAGIAN III)

Day 8. Yamanashi. Gunung Fuji. 
Hari ini kami ke Gunung Fuji di Yamanashi. Kami naik kereta yang memang khusus ke sana. Keretanya-pun di cat ikon gunung yang tertawa. Sungguh khas Jepang. Perjalanan dari Tokyo ke Yamanashi kira - kira memakan waktu dua jam. 

 Kereta menuju Gunung Fuji.

Kami turun di Stasiun Kawaguchiko. Sengaja memilih turun di situ biar bisa keliling Danau Kawaguchi dengan bis dan kapal (satu paket). Dari danau, Gunung Fuji terlihat. Sayangnya siang itu mendung dan gerimis. Puncak Gunung Fuji tertutup awan. Banyak juga penginapan di sekitar stasiun untuk wisatawan yang ingin trekking sehingga punya waktu santai menikmati Gunung Fuji.

Selama di Jepang, kami beberapa kali merasakan gempa. Tapi gempa besar pertama yang kami rasakan saat kami makan siang di seberang Stasiun Kawaguchiko. Lampu - lampu restaurantnya bergoyang. Berada di Jepang dengan teknologi dan mitigasi canggih soal gempa, kami tidak khawatir. 

Kami memanfaatkan segala transportasi yang ada. Pertama - tama kami memutuskan keliling danau dengan bis. Kemudian kami turun di pelabuhan kecil, melanjutkan "pesiar" bolak balik danau dengan kapal. Sehabis itu, kami jalan kaki sedikit menuju cable car.

 Bis keliling Danau Kawaguchi.

Gunung Fuji yang mendung :(

Ketika kami di sana, cable car baru beroperasi sebulan. Everything's brand new. Kami naik cable car ke atas bukit untuk melihat pemandangan danau dari atas/ observation deck. Sebelum ada cable car, pengunjung harus trekking ke atas selama 45 menit. Beruntung kami bisa menikmati fasilitas ini. 


Danau Kawaguchi dari observation deck
 
Sesampainya di puncak, udara terasa lebih dingin. Angin makin kencang, namun untungnya gerimis sudah berhenti. Di atas, ada warung penjual makanan minuman. Makanannya adalah Fuji rice cake. Kami duduk – duduk sampai jam 5 sore menikmati pemandangan dan udara segar sambil makan dan minum.

 Jajjjjjjaaaaaaannn!

Day 9. Tokyo. Disney Sea. 
Horeeee ke Disneyland! Terakhir kali ke Disneyland tahun 2009 di Hong Kong. Kabarnya di Jepang jauh lebih seru, bikin penasaran. Tapi karena waktunya sempit, atas saran teman, kami hanya ke Disney Sea karena Disney Sea hanya ada di Jepang! Sementara Disneyland kurang lebih sama – sama saja. Mirip - mirip dengan HK, Disneyland Complex di Jepang berada di dekat pantai juga. Kami berangkat cukup pagi agar sampai sana tidak terlalu jauh waktunya dengan waktu gerbang dibuka.

 Bagian depan tampak sepi. Tapi jangan tertipu tampilan depan. 
 Bagian (agak ke dalam).

Kami memilih datang lumayan pagi di hari Rabu dengan harapan Disneyland tidak terlalu ramai. Ternyata salah! Hahaha. Teman saya yang tinggal di Tokyo aja kaget pas saya cerita Disneyland ramai banget hari itu. Wahana – wahananya banyak yang sedang maintenance. Wahana – wahana seru kayak Journey to The Center of The Earth dan House of Terror beroperasi tapi saya nggak bisa naik karena status bumil.

Secara tampilan, Disney Sea jauh lebih keren dari Disneyland. Setiap konsep tema benar – benar dipikirkan (dan tentu saja, dieksekusi dengan baik). Merchandise yang dijual di Disney Sea berbeda dengan Disneyland. Mereka menyesuaikan karakter yang ditampilkan di wahana - wahana.  

Atas: 20.000 league under the sea. 
Bawah: suasana ramai Disney Sea.

Walaupun nggak banyak naik wahana, saya pribadi tetap happy. Terjawab sudah penasaran akan Disney Sea dan nggak menyesal telah skip Disneyland. 

 Journey to the center of the earth.


 A child's dream came true: foto bareng Goofy! 
Sebelum istirahat sore dan pulang, wajib foto bareng karakter favorit jaman kecil, Goofy. Yeay! Ngantrinya lumayan lama dan rebutan sementara Goofy-nya udah mau buru - buru pergi ke spot foto yang lain. Akhirnya saya dapet giliran terakhir. Mungkin karena bumil dan muka capek jadi mereka kasian hehehe.

Day 10. Tokyo. Harajuku. 
Setelah menikmati kota Kyoto yang lebih “santai”, saya dan suami agak gegar budaya selama dua hari di Tokyo. Suasananya sangat berbeda. Semua serba cepat dan padat. Hari ini kami memutuskan jalan – jalan di taman di daerah Harajuku. Ada dua taman yang kami datangi. Pertama, taman/ hutan menuju Meiji Shrine. Kedua, Yoyogi Park. Kesan pertama masuk Meiji Shrine: majestic! Seharusnya memang begini taman/ hutan kota yang baik. Gerbang kayu tinggi menjulang, pohon – pohon besar sepanjang jalan, tenang dan nyaman.

 "Gerbang" masuknya. 
 Inside Meiji Shrine.

Kemudian kami duduk – duduk di Yoyogi Park yang katanya terkenal ramai saat weekends dan penuh Harajuku style people. Kami duduk – duduk memperhatikan beragam aktivitas pengunjung. Mewah. Di Jakarta kan susah banget cari taman yang enak buat bengong. Malamnya kami pergi ke daerah Roponggi dan mampir ke Tokyo City View di Roponggi Hills. Ternyata ada pameran Star Wars! Wow, bertahun – tahun suka Star Wars tapi saya belum pernah ke pameran Star Wars hahaha. Makanya pas di sana langsung girang. Sayangnya koleksi tidak boleh difoto. Mereka memajang kostum - kostum karakter utama dan karakter yang unik, komik - komik pertama Star Wars, lukisan - lukisan, aksesori yang dipakai oleh para karakter, dan replika battle scene di Star Wars menggunakan action figure. Di ujung pameran ada penjualan merchandise. Kami agak kalap belanja merchandise Star Wars dan buku pameran. Yaudahlah mending nyesel beli daripada nyesel nggak beli kan nyahahaha. 


Tokyo!
Seandainya masih ada waktu, sebenarnya saya masih mau keliling Ropongi Hills. Ada Mori Art Museum yang memajang instalasi seninya Yayoi Kusama. Pas lihat waktu, udah hampir jam22.30. Sebentar lagi tutup. Niat lihat Tokyo City View malah kehabisan waktu gara – gara pameran Star Wars (yang tidak disesali karena emang keren banget). Kami hanya menikmati 20 menit kota Tokyo dari atas sebelum gedungnya tutup.

Day 11. Tokyo. Asakusa dan teman lama. 
Kami memilih ke Asakusa naik bis dari Ikkebukuro karena ingin melihat kota Tokyo dari sisi yang berbeda. Tidak disangka naik bis ke Asakusa jauh hahaha. Kayaknya saya udah ketiduran 2x belum nyampe - nyampe juga. Dari pengalaman kami naik bis di Jepang, banyak kami temui orang tua. Namun sewaktu naik bis ke Asakusa inilah baru benar - benar kami sadar bahwa kebanyakan pengguna bis di Jepang itu orang tua (senior citizens). Selain itu, di Jepang memberi duduk untuk ibu hamil, perempuan dan orang tua memang dilakukan dengan tertib. Jika ada yang "cuek" duduk di seat tersebut sementara ada yang membutuhkan, biasanya ditegur oleh pengguna bis lain. Ini berlaku terutama di bis.

Senso-ji Temple.

Nakamise Shopping Street di depan Kuil Senso-ji. 

Sampai Asakusa, langit mendung. Kami jalan – jalan di seputar Asakusa sampai sore sebelum akhirnya hujan lebat. Setelah reda, kami berjalan ke stasiun menuju Shibuya. Saya ada janji temu dengan teman SMP yang sekarang tinggal di Jepang. Shibuya malam hari persis seperti yang digambarkan selama ini: penuh orang menyebrang dari berbagai arah, sinar – sinar lampu dan layar – layar besar. Saat itu kami janjian di pintu 8 Hachiko exit. Sekitar 15 menit kemudian, kami berkumpul. Teman saya mengajak tiga teman lainnya, orang Indonesia yang kuliah di Tokyo. Kami makan malam di restaurant pizza yang murah dan enak. Senang bisa ketemu orang – orang Indonesia dan ngobrol setelah berhari – hari dengar Bahasa Jepang dimana – mana dan berusaha ngomong Bahasa Inggris ke orang – orang yang Inggris-nya belepotan.

Day12. Kawasaki. Doraemoooooonnnnn! 
Museum Fujiko F. Fujio atau Museum Doraemon berlokasi di Kawasaki, Kanagawa Prefecture. Sekitar 2 jam dari Tokyo dengan kereta. Museumnya bagus, mirip playground anak – anak. Terus luas berlorong - lorong. Bawaannya pengen lari - larian. 

Museum Fujiko F. Fujio. Sumber foto: www.japan-guide.com 

Semua karakter ciptaan Fujiko F. Fujio dipamerkan di sini seperti Doraemon dan P-man. Ada pula film dan foto - foto dokumentasi beliau. Di bagian atas museum (rooftop) ada area terbuka untuk foto – foto dengan gorong – gorong tempat Nobita dan teman – temannya biasa bermain. Ada juga “pintu kemana saja” dan dinosaurus. Langsung jadi anak kecil lagi deh. Kami membeli banyak kartu pos. Saya pribadi memang koleksi kartu pos dari tempat - tempat yang saya kunjungi selama ini. Kami menahan diri untuk nggak belanja lebih banyak karena merchandise di sana minta dibeli semua.


Rooftop.
 Aku sayang sekali, Doraemooon. Sumber foto: www.thaiday.com

 Seandainya bisa ikutan naik dinosaurus. 
Kami ke bagian rooftop saat orang - orang masih sibuk makan siang hehehe, jadi kami lumayan bisa foto - foto dengan tenang. Selesai Museum Doraemon, lanjut ke daerah Daikanyama di Tokyo. Niatnya ke sana mau cari gendongan bayi di Aprica store. Ternyata, Daikanyama sangat menyenangkan sekali area-nya. Dari stasiun, kami jalan kaki melewati jalan – jalan kecil atau gank yang kanan kirinya penuh toko – toko mungil bernama Sarugaku Complex.

 Sarugaku Complex. Sumber foto: www.japanistas.com

Kebanyakan designer based products yang dijual. Mirip - mirip Goods Dept. tapi better standard and design. Lebih mahal juga harga - harganya. Terlihat daerah fancy, barang – barangnya edgy, banyak café lucu. Saya sih cuman liat – liat aja udah happy. Eh tetap belanja ding, dapat gendongan bayi di Aprica sambil berdoa semoga bayinya betah nanti digendong pake gendongan ini.

Day 13. Mitaka. Ghibli Museum.  
Ghibli Museum di Mitaka! "Naik haji" juga saya ke tempat ini, wooohoooo! Sengaja memilih mengunjungi Ghibli Museum sehari sebelum pulang biar ada klimaksnya. Halah. Sempet deg - degan nggak dapat tiket. Tiket Ghibli Museum hanya bisa dibeli di mesin tiket seven eleven Jepang setiap minggu pertama per tiga bulan atau minggu pertama tiap bulan. Riweh pisan. Infonya emang rada rancu antara di website mereka dengan info di tempat lain. 

Saya menitip teman di Jepang untuk membelikan tiket berdasarkan info yang rancu. Si teman ini sampai datang 2x ke seven eleven yang berbeda di minggu pertama dua bulan yang berbeda. Pertama kata staff sevel, tiketnya belum "dibuka" penjualannya. Diminta cek lagi bulan depan. Pas bulan depan, tiket sudah habis. Lah, bingungin banget. Mereka membatasi jumlah pengunjung tapi info-nya memang agak membingungkan. 

Teman langsung kasitau tiket Ghibli sudah habis. Saya nggak mau kecewa. Saya browsing - browsing dan nemu travel agent www.govoyagin.com. Mereka menjual tiket Ghibli untuk orang - orang yang sudah kehabisan tiket lewat mesin. Harganya emang jadi 5x lipat. Harga asli 110ribu per orang. Lewat mereka, saya kena charge 500ribu per orang. Ya gimana lagi, masa' udah sampai Jepang nggak ke Ghibli museum. Langsung deh say hello to credit card debt :P


 Laputan robot. 

Museum Ghibli luar biasa keren, melebihi bayangan dan ekspektasi saya. Wajar aja jika para pengunjung tidak diperbolehkan mengambil foto dan video di dalam ruangan karena ide - ide instalasinya out of the box semua. Kami terbengong - bengong dengan cara mereka menyajikan visual secara konvensional bergaya steam punk namun tetap imut. Bangunan museum dibuat sedemikan rupa agar tidak banyak sudut tajam dan bentuk kotak. Masuk ke dalam museum berasa masuk ke film - filmnya Miyazaki.
Pintu masuknya :) Sumber foto: www.jpninfo.com
Bagian dalam museum. Inspirasi Kiki's Delivery Service. Sumber foto: www.jpninfo.com
Contoh instalasi. Cute

Museum dibagi sesuai dengan tema. Instalasi sesuai foto di atas ini berada di lantai bawah. Isinya memang instalasi karakter dengan mesin, permainan perspektif, stop motion tradisional. Sementara itu di lantai dua, dibuat kamar - kamar berdasarkan film - film Miyazaki seperti Kiki's Delivery Service, Porco Rosso, dan Spirited Away. Kamar - kamar ini berisi benda - benda yang menginspirasi film - film tersebut. Semacam mood board tapi satu ruangan penuh.

Layanan museum sangat bersahabat serta cepat tanggap. Badan saya lemas karena udara panas di luar. Suami saya bertanya ke pegawai museum apakah ada ruang untuk beristirahat. Mereka mempersilakan saya tidur di ruang tidur tamu mungil yang ada di dalam. Apalagi begitu tau saya sedang hamil. Saya ditanya mau minum apa, butuh apa. Pegawai - pegawainya ramah dan kooperatif. Saya tidur - tiduran menghilangkan lemas. Kira - kira 40 menit, kami pamit mengucapkan terima kasih, jalan - jalan di museum sebentar dan ke toko merchandise. Saya tidak berkeberatan jika harus mengulang kunjungan ini lagi.

Day 14. Odaiba. Life-size Gundam. 
Atas saran teman, kami pergi ke Odaiba yang ada life-size Gundam. Odaiba tempatnya sepi dan jauh dari mana – mana. Kami menelusuri Odaiba yang hari itu sejuk namun matahari bersinar terik. Nggak ada yang banyak bisa dilihat di sana. Tapi kalau penggemar Gundam wajib datang ke sini sih. Karena selain ada life-size Gundam, ada Gundam café juga. 
Nggak original sih, tapi lumayan lah buat objek foto :P

Life size Gundam. Nggak cuman dipajang aja loh. Di jam tertentu dia menyala dan bergerak. 

Kami pulang ke apartemen kami di daerah Ikkebukuro. Packing dan siap – siap ke bandara. Kami terbang lewat Bandara Haneda. Di luar dugaan, ternyata Bandara Haneda bagus dan super nyaman. Sebagai bandara nomer dua di Tokyo, kami tadinya nggak ekspektasi banyak. 

Overall liburan kami sukses dan membahagiakan! Dan tentu saja, bikin pengen liburan ke Jepang lagi. Pengalaman pertama Jepang kami sepenuhnya typical itinerary turis. Banyak banget kota yang bisa didatangi, attractions yang bisa dikunjungi. Pemerintah di sana membuat setiap daerah memiliki ke-khas-an masing - masing. Kalau perlu festival masing - masing untuk menarik wisatawan. Setiap musim dibuat festival besar. Itu sebabnya wisata ke Jepang all year season. Jepang sangat nyaman mulai dari kota sampai ke daerah terpencil. Urusan mahal, bisa diatur lah. Pilihan transportasi, penginapan dan makanan banyak. Tinggal kondisi seperti apa yang kita inginkan. 
Sayonara (for now) Jepang!

Ke Jepang nggak cukup satu kali. Idealnya stay di sana 1 atau 1.5 bulan biar puas (kemudian miskin berjamaah). Bahkan kota Tokyo nggak cukup di explore hanya seminggu. Belum lagi wisata daerah – daerah di ujung Jepang yang dekat laut atau pegunungan. Waktu saya beli tiket Ghibli di voyagin, orangnya nanya saya mau ngapain aja di Tokyo. Mereka bisa menyarankan 500 macam aktivitas, only in Tokyo alone! Wow!  Next time balik ke Jepang, kami berniat explore kota – kota atau desa – desa kecil di sana. 

No comments: