Thursday, January 14, 2016

MOSHI MOSHI JAPAN! (BAGIAN I)

Waktu kecil hingga remaja saya tergila – gila dengan komik Jepang. Saya rajin membeli komik sampai jumlahnya ratusan dan menumpuk di rumah. Saya ingin mengunjungi Jepang sejak dulu. Sebaliknya, suami saya tidak pernah melirik Jepang sebagai tujuan liburan.

Suatu hari suami (saat itu statusnya masih pacar) iseng mengecek situs Air Asia dan ada promo tiket ke Jepang. Kami sepakat pergi ke sana setelah kawinan. Kami sengaja memilih minggu ke-3 dan ke-4 bulan Mei karena masih masuk musim semi dan harusnya Jepang tidak terlalu padat karena periode cherry blossom atau sakura sudah lewat. Kami membuat itinerary, booking tiket tempat – tempat yang ingin kami datangi, akomodasi (sekalian pengen coba AirBnB) dan tentu saja – JR tickets! Kami terbang dari Jakarta ke Osaka. Pulang melalui Bandara Haneda di Tokyo.

Day 1. Osaka. Sampai!
Kami tiba di Osaka tengah malam. Ternyata anggapan Jepang tidak terlalu padat setelah musim sakura salah! Kami mengantri 1 jam di imigrasi dan baru keluar lewat jam 1 malam. Baru kemudian kami mengetahui bahwa wisata ke Jepang memang tidak ada istilah low season atau high season. Wisata ke Jepang ramai sepanjang tahun.

Kami keluar dari bandara dan antre bis malam menuju Namba, area tempat kami menginap. Kira – kira jam 2 malam kami sampai di Namba. Hujan deras. Semua orang yang turun dari bis mengantre taxi. Saya dan suami celingukan bingung hahaha. Kami diturunkan di pinggir jalan yang bercabang enam. Kami yakin akomodasi kami tidak jauh dari halte, tapi harus ke arah mana atau ambil jalan yang mana. Ditambah lagi hujan deras dan kami tidak memiliki mobile wi fi.

Kami menyebrang jalan dan naik taksi 30 menit kemudian. Tentu saja supir di Jepang tidak berbahasa Inggris. Kami menunjukkan alamat penginapan kami. Dia mengambil buku tebal seperti buku telepon jaman dulu yang ternyata buku peta. Luar biasa konvensional tapi akurat. Dia mencermati buku itu selama 10 menit sebelum mengantar kami. 6 menit kemudian kami sampai tepat di depan apartemen kami, pintu taksi dibuka, tas – tas dia bantu gotong dan dia tidak mau menerima tip (di Jepang memberi tip memang bukan hal yang umum dan pasti mereka tolak). Hampir jam 3 pagi kami masuk ke dalam apartemen mungil namun efisien ruang. Mobile wi fi kami pun sudah sampai di kotak surat dan siap dipakai. Liburan dimulai.

Day 2. Osaka. Aquarium dan Dotonburi.
Jam 09.30 kami keluar dari apartemen. Begitu keluar, kami baru tersadar bahwa apartemen kami persis bersebelahan dengan pasar berupa deretan ruko yang ramai, segala ada, tapi tempatnya bersih dan kering. Banyak bahan makanan dan restaurant. Seru! Kami jalan – jalan mencari restaurant udon yang terkenal tak jauh dari situ. Tapi sebelumnya, foto “sah” dulu dengan mobil berplat Jepang. Foto ini teruntuk teman – teman saya yang punya “kelakuan” sama.

Sah ya :P

Osaka di bulan Mei udaranya sejuk. Menyenangkan sekali berjalan kaki di kota yang rapi, teratur dengan udara super bersih. Paru – paru saya pasti bahagia. Bermodalkan google map, kami masuk ke restaurant yang tadinya kami pikir restaurant udon yang dicari (tampilan pintu depannya mirip). Begitu masuk, kok jualan sushi hahaha. Yasudahlah. Lapar. Saya makan sushi set. Sementara suami hanya nyemil aja. Keluar dari sana, kami berjalan agak ke depan. Selang 15 – 20 meter, restaurant udon-nya ketemu hahaha. Makan lagi donk. Tapi saya memesan makanan yang salah karena tidak ada menu berbahasa inggris. Saya memesan cold udon.

Siang kami menuju Osaka Aquarium (Kaiyukan) yang terletak di Osaka Bay. Dari luar terasa sepi sekali, tapi begitu masuk ke dalam ternyata cukup ramai, terutama pengunjung keluarga. Saat masuk, kami disambut lorong panjang (mirip di Sea World) dimana ikan - ikan hiu berenang.


 Osaka Aquarium tampak depan. Sumber foto: www.kaiyukan.com

Kemudian keluar dari lorong, ruang berubah menjadi semi outdoor. Ada tumbuhan endemik Jepang, beberapa binatang sungai seperti salamander dan berang - berang. “Koleksi” marine species-nya pun bagus – bagus. Kebanyakan manta ray, ubur – ubur, lumba – lumba, hiu dan tentu saja kebanggan mereka: hiu paus. Osaka Aquarium merupakan salah satu aquarium terbesar di dunia. Koleksi species mereka bertema Pacific Rim.

Melihat lumba - lumba bersama ibu. 

Ini dia hiu paus ikon aquarium mereka. Sumber foto: www.kaiyukan.com
                              
 Instalasi yang sangat engaging. Sumber foto: www.govoyagin.com

Puas berkeliling aquarium, saya dan suami duduk – duduk di dekat teluk. Lalu suami bilang, “Aku pengen balik lagi liburan ke Jepang”. Wah, teryata ada yang jatuh hati dengan negara ini, padahal baru hari pertama.
 
Wefie yang direncanakan. 

Agenda kami cukup santai di Osaka karena waktu itu saya sedang hamil, jadi tidak mau memaksakan loncat sana sini. Sebelum kembali ke Namba kami naik Tempozan Ferris Wheel yang letaknya di samping aquarium. Walaupun kaki agak ngeri – ngeri sedap sampai di atas, tapi pemandangannya cantik.

 Pemandangan dari ferris wheel.

Osaka adalah kota ke-dua terbesar setelah Tokyo. Tapi suasananya beda. Osaka lebih tenang dan populasi penduduk tidak terlalu padat. Kami lanjut ke Mitsui Outlet Park alias factory outlet-nya Jepang. Agak nyasar dikit waktu kemari karena turun stasiunnya kecepetan akibat ancer – ancer dari teman kurang jelas. Plus daerahnya sepi banget, kami sempat nggak yakin ada di tempat yang benar. Meskipun celingukan cari – cari, akhirnya kami sampai di sana dan amazed sama barang – barang yang dijual. Bayangin aja, sepatu lari asics yang dulu saya taksir dengan harga 2,2 juta rupiah di Jakarta, di outlet asics cuman 700 ribu. Kami juga happy di outlet Muji. Saya beli celana hamil dan rok plisket seharga 150 ribu. Yang bikin senang bukan hanya harga lebih murah, tapi banyak barang - barang yang tidak masuk ke Indonesia.

Hari sudah gelap sewaktu kami kembali ke tengah kota Osaka. Kami langsung menuju area kehidupan malam yang paling hits se-Osaka: Dotonburi! Nah, di Dontonburi ini baru deh terasa musim liburannya. Semua turis agaknya berpikiran untuk makan malam atau sekedar jalan – jalan di sana. Sepanjang Dotonburi penuh orang dan hingar bingar.


Wajib banget foto si mas - mas yang lagi lari. Sumber foto: www.japan-guide.com

Kira – kira jam 9 malam, kami berjalan kaki balik ke arah apartemen. Kami mampir ke Yoshinoya dulu untuk makan malam (jauh – jauh ke Jepang, tetap ke Yoshinoya). Yoshinoya di Jepang punya menu nasi dengan belut (unagi don) yang enak banget dan harganya cuman sekitar 50 ribu jika dirupiahkan. Sementara unagi don di Jakarta harganya dua kali lipat. Yeay!

Terima kasih Osaka, meskipun singkat tapi kotanya berkesan bagi kami yang hanya numpang tidur dua malam. Mobile wi fi yang kami sewa pun sangat bisa diandalkan, terutama buat upload foto – foto di path nyahahahaha dasar turis Indonesia!

Day3. Kyoto. Stasiun super keren!
Semua barang rapi masuk koper sejak malam sebelumnya. Kami naik kereta ke Kyoto yang tidak terlalu jauh dari Osaka. Kurang lebih hanya dua jam dengan kereta biasa. Seneng banget, saya berasa ada di komik – komik Jepang. Duduk di gerbong kereta yang lengang, orang – orang membaca buku di kereta, anak sekolah dengan seragam kerah kelasi, di luar pohon – pohon dan rumah – rumah teratur, persis kayak neighborhood-nya rumah Nobita di film Doraemon.

Karena kami pakai kereta di JR line, kami berhenti di Stasiun Kyoto JR. Saya benar – benar nggak nyangka stasiun-nya super keren! Sebelum ke Kyoto, stasiun kereta paling keren yang pernah saya datangi itu Berlin Hauptbahnhof. Begitu liat stasiun Kyoto, Berlin langsung lewat!


 Stasiun Kyoto JR. Sumber foto: www.japan-guide.com 

 Tampak atas. Foto ini diambil dari lantai 14.

Cerita sedikit soal Stasiun Kyoto. Selain berfungsi sebagai interchange, stasiun juga memiliki dua mall (The Cube dan Isetan) dan ruang terbuka di lantai atas untuk event. Stasiun ini tingginya 15 lantai! Yes, 15 lantai lengkap dengan taman bambu semi outdoor di lantai tertinggi.


 Taman bambu di atas stasiun. Sumber foto: www.expedia.com

Cuaca Kyoto berawan dan lebih dingin daripada Osaka waktu kami datang. Saya dan suami jalan – jalan ke ruang terbuka bagian atas sambil mendekap jaket rapat – rapat. Kami baru bisa check in di penginapan jam 3 sore (kami menyewa apartemen lewat AirBnB), makanya kami keliling – keliling stasiun dulu. Apartemen yang kami sewa letaknya benar – benar strategis! 10 menit jalan kaki ke Stasiun Kyoto JR, 3 menit jalan kaki ke stasiun kereta non-JR, 2 menit jalan kaki ke halte bis terdekat dan 5 menit jalan kaki ke terminal bus.

 Apartement kami di Kyoto.

Menggunakan railways di Jepang awalnya memang sedikit jelimet, karena line-nya banyak dan dikelola oleh beberapa perusahaan swasta. Masing – masing line punya stasiun yang bisa dilewati atau tidak dilewati sama sekali oleh line yang lain. 

 Kyoto railways map.

Saya dan suami membeli JR tickets untuk 7 hari (seven days pass), karena itu kami ingin memaksimalkan menggunakan transportasi umum milik JR Group (kereta dan bis). Alasan lain karena harga 7 days pass-nya lumayan bikin miskin, jadi harus dipake hehehe. Secara umum transportasi di Jepang mahal! Sebagai gambaran, naik bis sekali jalan (one way) jauh dekat minimal 15 ribu rupiah. 

Note: kami tidak membawa kamera yang oke, hasil foto dari kamera kami sangat sederhana. Oleh karena itu, saya mengambil beberapa foto dari internet sebagai pelengkap tulisan ini. 

No comments: