Tuesday, February 23, 2016

MERENCANAKAN PERSALINAN (BIRTH PLAN)

Merencanakan persalinan atau birth plan wajib dilakukan para calon orang tua. Terutama pada kelahiran anak pertama dimana calon orang tua belum punya pengalaman. Selain persiapan mental, keuangan, hal – hal terkait rumah sakit dan proses kelahiran penting menjadi perhatian. Setiap calon ibu kebutuhannya berbeda - beda. Setiap rumah sakit kebijakannya juga berbeda.

Sewaktu saya membuat birth plan, saya banyak riset di internet, baca – baca blog orang, tanya teman dan tanya ke rumah sakitnya sendiri. Apalagi saya dan suami melakukan semuanya berdua. Kami harus proaktif. 

Dari hasil tanya dan baca, di bawah ini pertanyaan – pertanyaan yang biasanya muncul saat merencanakan persalinan:

Q: Apa saja yang masuk dalam birth plan?
A: Memilih rumah sakit, biaya (melahirkan normal, c-section, c-section CITO), packing, skenario melahirkan (kapan berangkat ke rumah sakit, alurnya bagaimana), siapa dokter anak yang akan tandem dengan dokter obgyn kita saat persalinan, siapa yang akan masuk ke ruang bersalin (suami? ibu?), mengurus surat akte kelahiran. Buat yang tinggal di kota macet seperti Jakarta perlu banget mikirin rute ke rumah sakit yang paling efektif. Sebaiknya ada 2 – 3 rute, just in case.

Q: Kapan membuat birth plan?
A: Sebelum minggu ke 35 kehamilan. Terutama tanya soal biaya melahirkan di rumah sakit biar nabung jauh – jauh hari.

Q: Bagaimana skenario persalinan?
A: Mungkin tiap rumah sakit punya alur pelayanan dan administrasi yang berbeda. Saya melahirkan di Kemang Medical Care (KMC) dan memang pasien di sana sejak awal kehamilan jadi record kehamilan saya lengkap di KMC. Waktu itu saya tanya ke customer service KMC tentang alur melahirkan di sana. Jika kontraksi sudah sebentar – sebentar/ ketuban pecah, sampai rumah sakit harus kemana? Ngurus administrasi dulu atau bisa langsung ke ruang observasi? Di KMC, jika persalinan sudah dekat, calon ibu segera ke ruang observasi. Administrasi dilakukan secara paralel. Sementara itu di ruang observasi akan dicek apakah harus bermalam di observasi atau justru disuruh pulang lagi ke rumah.

Q: Siapa dokter anak yang akan tandem dengan dokter obgyn kita saat melahirkan?
A: Sama seperti memilih dokter kandungan yang baik, kita juga pasti picky soal dokter anak, apalagi untuk bayi baru lahir. Saya bertanya soal ini ke dokter obgyn saya waktu minggu ke 34. Sayangnya tidak bisa memilih dokter anak sendiri. Dokter anak tandem adalah dokter anak yang sedang jadwal jaga pada hari kita melahirkan. Jadi harus “terima”. Tapi tentu saja setelah melahirkan kita bisa memilih dokter anak lain jika kurang sreg.

Q:  Apakah perlu bawa kendi sendiri untuk ari – ari bayi?
A:  Kalau yang ini tergantung RSnya ya. Di KMC kendi disiapkan pihak rumah sakit. Jadi pasien terima dalam keadaan rapi siap ditanam.

Q: Dokumen apa saja yang dibutuhkan untuk akte kelahiran?
A: Yang ini juga bisa ditanya ke RS. Bisa RS yang urus atau kita yang urus. Yang jelas RS wajib mengeluarkan Surat Keterangan Lahir sebagai salah satu persyaratan pembuatan akte.

Q: Apa saja yang harus dibawa ke rumah sakit (packing) dan kapan waktu packing yang tepat?
A:  Packing sebaiknya dilakukan di minggu ke 35. You just never know. Setelah packing, tas taro di mobil atau di tempat yang mudah terlihat kalau waktunya tiba. Pas mau berangkat ke RS, tinggal ambil dan cus! Apa saja yang harus masuk ke dalam tas? Berikut list barang – barang yang saya bawa ke RS:

1. Buku kehamilan. Semua record kehamilan tertulis di situ.
2. Masker + antis. Untuk para tamu yang akan berkunjung dan mau dekat – dekat dengan bayi, apalagi yang pengen gendong.
3. Baju ganti saya dan suami (masing – masing 3 pasang). Untuk ibu setelah melahirkan, bawa kemeja atau baju berkancing saja, memudahkan saat menyusui di jalan pulang ke rumah.
4. Baju ganti bayi dan bedong. Umumnya disediakan rumah sakit. Tapi bawa aja, at least untuk perjalanan pulang ke rumah (bawa 3 pasang). Bawa juga baju bayi yang paling lucu untuk sesi foto :)
5. Grooming kit bayi (sisir, bedak, gunting kuku, lotion, minyak telon dll). Saya beli bedak bayi yang compact, bukan tabur. Takut partikelnya masuk mulut bayi, malah batuk.
6. Popok newborn untuk perjalanan pulang.
7. Gendongan bayi. Saya bawa gendongan yang bisa untuk newborn tapi ternyata nggak kepake karena lebih nyaman gendong langsung.
8. Grooming kit dan perlengkapan mandi saya dan suami termasuk handuk.
9. Gurita atau korset post partum. Ada ibu yang disiplin langsung pakai, ada juga yang menunggu beberapa hari setelah melahirkan. Ada juga dokter yang tidak menyarankan pemakaian korset. Either way, bawa aja.
10. Breast pad.
11. Breast pump + botol susu. Meskipun tidak disarankan segera memberi ASI dengan botol ke bayi, tapi bawa breast pump penting banget! Lambung bayi ketika lahir hanya sebesar kelereng. Jadi ketika dia pipis atau pup, lambung kosong dan minta susu lagi. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak susu yang dihasilkan. Proses ini yang membuat payudara ibu gampang penuh dengan susu dan terasa sakit jika tidak dikeluarkan. Sakitnya bener – bener bikin panas dingin. Jika bayi bangun, bisa langsung dikeluarkan. Tapi waktu bayi tidur, lebih baik dipompa. ASI/ kolostrum bisa disimpan dan diberikan ke bayi kemudian.
12. Selimut, topi, kaus kaki dan sarung tangan bayi.
13. Selimut untuk siapa saja yang nemenin ibu di RS.
14. Maternity bra.
15. Pembalut wanita. Tidak harus yang khusus pasca melahirkan. Bawa pembalut untuk night dan wing aja cukup.
16. Apron menyusui. Jaga – jaga kalau harus menyusui waktu ada tamu yang berkunjung.
17. Tissue (kering dan basah) dan kapas.
18. Sendal jepit untuk di kamar (untuk saya dan suami)
19. Cemilan!
20. Lotion/ VCO untuk ibu. Selama hamil saya pakai VCO (virgin coconut oil) untuk bantu meminimalisir stretch mark. Jadi saya in case butuh dipakai setelah melahirkan.

Q: Lain - lain?
A: Pertama, golongan darah ibu. Sebelum melahirkan, ingatkan dokter obgyn soal golongan darah kita dan rhesusnya. Jika (amit – amit!) perlu tambahan darah, RS siap order ke PMI. Kedua, dokter laktasi. Kayaknya kalau melahirkan di RSIA kemungkinan besar dapat “kemewahan” konsultasi dengan dokter laktasi setiap hari setelah persalinan. Di KMC, setiap hari ada dokter laktasi yang berkunjung melihat apakah cara menyusui sudah benar atau belum, proses pelekatan sudah baik, apakah bayinya meminum dengan baik atau masih bingung. Selama kunjungan, puas – puasin deh tanya soal ASI, gizi, dan menyusui. Kalau nggak ada dokter laktasi, saya rasa bidan juga oke. 

Q: Apakah harus punya stroller sebelum melahirkan?
A: Kalau melahirkan di luar negeri, carrier travel system untuk bayi wajib diketahui pihak RS: apakah orang tua punya alat pembawa bayi yang layak/ nggak. Di Indonesia mah bebas. Saya sendiri belum membeli stroller sebelum melahirkan. Masih enak gendong langsung.

Selamat membuat rencana persalinan! :)